Friday, April 13, 2012

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KOMUNITAS RELAWAN GUNUNG SLAMET BUMIAYU

Mukadimah
Rekam jejak suatu individu maupun sebuah kelompok merupakan sesuatu yang sarat akan makna, baik sebagai pijakan untuk bertindak, ataupun introspeksi dan evaluasi. Telah banyak kita menyerap bahkan memaknai sebuah peristiwa yang kita anggap momen yang sangat penting untuk diabadikan. Itulah sejarah, yang sebagian orang memaknainya sebagai sebuah kebohongan publik. Hal ini juga tidak dianggap berlebihan, mengingat rekam jejak yang diabadikan kemudian menjadi kata "sejarah" ini seringkali dipelintir sedemikian rupa dengan tujuan dan kepentingan tertentu.
Namun tidak bagi Komunitas Relawan Gunung Slamet Bumiayu. Bagi kami catatan sejarah ini adalah media untuk mengevaluasi diri dan kelompok guna lebih mengoptimalkan gerak dan langkah untuk mencapai tujuan organisasi dimana individu-individu yang terlibat didalamnya sebagai mesin organisasinya.
Berdasarkan pengalaman para punggawa bangsa ini, ternyata rekam jejak para pendahulu kita secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan semangat patriotisme tersendiri untuk lebih menatap masa depan yang lebih baik.

Fase Awal Pendirian
Adalah Maman Faturohman yang akrab disapa "Kang Patul" yang notabenenya adalah anggota SAR Daerah Provinsi Jawa Tengah dan personel TRC (Tim Reaksi Cepat) bentukan BPBD Provinsi Jawa Tengah memberikan informasi tentang rekrutmen relawan tanggap bencana kepada teman-teman di Bumiayu dan Paguyangan. Bak gayung bersambut, hal ini kemudian mendapatkan tanggapan secara positif dari teman-teman. Hal ini disamping dilatarbelakangi oleh faktor ikatan emosional dan kultur, juga karena teman-teman telah lama ingin mengamalkan keterampilan kepencintaalamannya yang telah lama "syahwat" ini tidak tersalurkan. Disamping faktor di atas, munculnya sebuah kenyataan bahwa jika terjadi bencana di wilayah Brebes Selatan, selalu saja anggota SAR Kabupaten datang ke lokasi dengan lamban. Terlebih, hal ini terdukung pula dengan tidak adanya personel SAR kabupaten yang direkrut dari wilayah selatan.
Ide mantan aktifis pecinta alam Bumiayu yang terkenal disebut Perusik Cinta Bumi inilah yang kemudian menjelma menjadi embrio Komunitas Relawan Gunung Slamet di Bumiayu. Pasca "menggeliatnya" Gunung Slamet pada April 2009, temen-temen Bumiayu yang secara kebetulan sebagian pernah mengikuti Bimbingan Teknis SAR di Brebes kemudian ditunjuk dan diberi perintah untuk menjadi petugas pemantau aktifitas Slamet dengan Desa Pandansari sebagai tempat Basecamp-nya untuk sementara. Tercatat dalam rekaman, anggota yang berasal dari Bumiayu yang ikut nge-camp adalah Kawan Arca, Kang Patul, Gus Ahmad Yani, Cak Umar Sigit dan Mas Hasim Asari.
Setelah aktifitas Slamet dinyatakan normal kembali pada Mei 2009, aktifitas teman-teman Bumiayu yang tergabung dalam SAR itupun seolah hilang dan menggantungkan seragamnya. Atmosfir kelengangan semacam ini kemudian tercium oleh para tokoh relawan di tingkat provinsi. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan "diprovokasinya" Kang Patul supaya membentuk relawan di tingkat lokal.

Fase Pembentukan
Kurang lebih setengah bulan sebelum memasuki bulan Ramadlan tahun 2010, Kang Patul, Bang Yuni Tri Angkasa (Guru SMK Bhara Trikora II), Akmari (Saat itu menjabat Ketua DKR Paguyangan), Edwin D.Purnama, Nova Purwanto (Instruktur Saka Bhayangkara Paguyangan), berkumpul di rumah penulis (Maz Aan - mantan pembina Pramuka SMK Negeri 1 Tonjong) untuk membahas pembentukan relawan di tingkat lokal. Melalui berbagai macam perdebatan dan pertimbangan, maka kemudian disepakati sebuah nama, yaitu Komunitas Relawan Gunung Slamet Lereng Barat. Nama lereng barat yang mengikuti nama ini adalah merujuk pada aktifitas organisasi yang diharapkan mampu melakukan tindakan-tindakan (terutama secara) prefentif di enam kecamatan di Brebes Selatan ini yang notabenenya adalah daerah rawan bencana di Kabupaten Brebes.
Pada malam-malam berikutnya, tersusun kepengurusan secara pleno dengan Yuni Tri Angkasa sebagai ketua dan Maz Aan sebagai sekretaris. Sementara Patul, Akmari, Edwin dan Nova menjadi mesin penggerak awal eksistensi organisasi. Beberapa nama yang kemudian kami gandeng untuk ikut serta bergabung antara lain ; M. Khalimi, Aris Gunarto (anggota BKPH Paguyangan), Heri Kusworo, SH (Alumnus Mapala UMJ), Aip Iryawan, Anton Ali Muftoni (Aktifis Perusik Cinta Bumi), Umar Sigit dan Hasim Asari (SAR Kab. Brebes). Laksana "crew" angkutan umum yang dikejar setoran, beberapa perangkat organisasi pun dilembur hingga siap untuk melapor dan atau menghadap ke SAR Daerah dan BPBD Provinsi. Tepat tanggal 10 Agustus 2010, resmilah Komunitas Relawan Gunung Slamet Lereng Barat berdiri dengan beberapa kelengkapan perangkat organisasinya. Kami pun kemudian dipertemukan dengan Om Richard (panggilan akrab ingkang mbahureksa BPBD Provinsi & pendiri Relawan Gunung Slamet Jawa Tengah) di Posko SAR Bumijawa Tegal.
Gebrakan kegiatan perdana kami, adalah dengan menggelar Posko Darurat Lebaran 2010 yang dibuka di jalur Paguyangan-Winduaji tepat di tepi jalan yang menuju ke Curug Pereng, Winduaji. Kegiatan yang digelar selama "H" - 7 ini bekerjasama dengan Saka Bhayangkara Paguyangan. Lama berselang setelah gebrakan pertama usai, roda komunitas laksana "kempes" tak berputar. Hal ini membuat sebagian mesin organisasi merasa perlu untuk membuat sebuah kegiatan dengan tanpa harus "berkoordinasi" dengan pengurus harian yang ada, hingga kemudian digelarlah "Latihan Gabungan" yang melibatkan sedikitnya 3 kecamatan (Bumiayu, Paguyangan, dan Tonjong) dengan melibatkan Saka Bhayangkara, Wanabhakti dan Unit PMR SMA BU NU Bumiayu dan SMA Negeri 1 Paguyangan) serta STKIP Islam Bumiayu. Kegiatan ini mengambil tempat di Dusun Mungguhan tepi Waduk Penjalin Winduaji Paguyangan. Inilah yang kemudian menjadi "embrio" berdirinya "Asmara Tagana".
Untuk kelanjutan tentang eksistensi organisasi baru tersebut adalah menjadi pembahasan internal organisasi bersangkutan. Namun entah mengapa (yang tidak dapat kami sebutkan alasannya), BPBD Provinsi Jawa Tengah dan SAR Daerah Jawa Tengah "menginstruksikan" untuk menghidupkan kembali Komunitas Relawan Gunung Slamet yang ada di Bumiayu. Tepat pada malam tahun baru 2012, para aktifis yang masih setia dengan Relawan Gunung Slamet Lereng Barat merapat di kediaman M. Khalimi untuk merembug dihidupkannya lagi organisasi yang ada, hingga melalui berbagai macam dan beberapa kali sosialisasi dengan tiga Satuan Karya Pramuka Bumiayu (Wanabhakti, Bhayangkara dan Wirakartika) terbentuk kembali Komunitas Relawan Gunung Slamet yang kali ini tampil dengan menyandang tambahan Koordinator Wilayah Bumiayu, serta dengan logo organisasi yang tampil berbeda dengan sebelumnya.
Kang Patul pun kemudian tampil menjadi mediator ketika kepengurusan harian yang lama harus "bermesraan" kembali dengan performa baru komunitas relawan di Bumiayu. Berbagai macam kegiatan pun laksana peluru yang sulit untuk terhadang kembali digelar diiringi dengan semangat membara para calon-calon relawan penerus estafeta perjuangan. Kini, Komunitas Relawan Bumiayu pun hampir menjadi sebuah organisasi legal formal dengan agenda meng-aktanotariskan organisasi dan mendapatkan pengakuan secara sah dari BPBD Kabupaten Brebes sebagai induk pelindung dan pembina organisasi serta dari Kesbangpol Kabupaten Brebes. BRAVO KOMUNITAS RELAWAN GUNUNG SLAMET BUMIAYU..... !!!

No comments:

Post a Comment